Sumatra Sumatra

“……Medannya buas, hutan lebat, ngarai dan lembah, sungai dan danau yang berserakan. Masyarakatnya juga memiliki sistem politik yang tidak satu, kantong-kantong budayanya tersebar, dari kota-kota urban dengan warna-warni modernisasi hingga desa-desa terpencil yang masih menyimpan suku-suku pedalaman. Sudah sejak lama, penjajah Barat hampir sepakat untuk mengatakan: menjinjing Sumatra seperti menjinjing ribuan tampuk…….”

Malam itu saya dan dua orang kawan lainnya tengah melakukan perbincangan yang cukup panjang dan hangat hingga subuh menjelang. Kawan yang pertama tengah berada di Pekanbaru, Riau. Sedangkan yang lain sedang berada di Bogor, Jawa Barat. Dan saya sendiri tengah menghabiskan segelas kopi dan beberapa batang rokok di Padang, Sumatera Barat. Dengan menggunakan jasa perantara pengantar pesan, Yahoo Messenger, kami merealisasikan sebuah ide baru yang ditawarkan di dalam perbincangan ini. Perbincangan ini berakhir jelang subuh, Rabu, 25 Januari 2012.

Satu impian baru. Satu ide baru. Dan satu tanggungjawab baru.

***

Adalah Yudi, panggilan saya kepada Yunaidi Joepoet, yang memulai ini semua. Ia bercita-cita untuk mengabarkan kepada dunia tentang tanah Sumatra dari sudut pandang baru. Bukan dari tiap buku yang ditulis oleh para penulis asing. Bukan dari para pelancong yang hanya selintas melewati “Tanah Emas” ini. Tapi, dari mata dan hati anak Sumatra sendiri. Akhh, buah pikiran anak muda ini telah jauh melampaui usianya. Saya sendiri iri terhadapnya. 🙂

Gayung bersambut dari daerah dingin sana. Bogor, Jawa Barat. Seorang kawan yang lebih tua setahun dari saya dan tidak pernah membiarkan rambutnya memanjang hingga tiga centimeter itu ternyata memiliki pemikiran yang sama. “Haaaa…!!! Mantap bana…!!! Top….!!!” demikian jawaban yang ia berikan dalam perbincangan itu. Ia adalah seorang teladan saya dalam dunia fotografi 🙂 . Muhammad Fadli, tapi kami lebih memilih untuk memanggilnya Een :D, merekomendasikan beberapa orang teman untuk ikut terlibat dalam kerja-kerja baru ini.

Siapa yang pernah memikirkan untuk menuliskan tulisan sebagaimana paragraf pembuka di atas ? Sedikitpun tidak pernah terbersit dalam pikiran saya. Fatris MF memang seorang yang luar biasa bagi saya untuk urusan tulis menulis. Ia bukanlah seorang yang gila hormat atau ingin dihargai. Tapi, setiap tulisan yang ia karyakan telah mengantarkannya sebagai seorang penulis yang harus diperhitungkan di “jagat pertulisan” 🙂 . Beruntung akhirnya ia bersedia terlibat.

Selain di Kota Padang, saya juga lebih sering berada di Bukittinggi. Sebuah kota sibuk yang berhawa sejuk. Di sini saya menghabiskan waktu dengan berdiskusi tentang foto atau apa saja dengan seorang kawan yang sangat menggemari kopi. Banyak hal-hal menarik yang saya sukai dari sosok ini. Selain sama-sama menyukai kopi, ia adalah seorang traveller yang senantiasa mengunjungi suatu daerah dengan mengendarai vespa. Dengan vespa tuanya ini ia telah mencapai salah satu dataran tinggi di Jawa Tengah, Dieng. “Nicko Angra itu lain dari yang lain. Foto-fotonya aneh dari segi komposisi tapi menarik dilihat” seorang fotografer senior di Padang mendeskripsikan Bang Nicko, begitu saya memanggilnya, ketika suatu waktu saya berbincang dengannya.

“Tanya saja paman gogel (google).. Hahaha.” Kalimat ini acapkali diucapkan oleh Adhi Oumar, seorang web designer, ketika saya menanyakan sesuatu yang berbau hal-hal baru. Dan jawaban ini berbarengan dengan dera tawanya yang khas 😦 . Ia juga berdomisili di Bukittinggi. “Masa depan pasti akan tiba dan tradisi mungkin tidak akan selamanya bertahan.” Itulah alasan ia lebih memilih fotografi sebagai hobinya. Dan budaya adalah suatu hal yang selalu ingin ia dokumentasikan.

***

sumatrasumatra

Lewat proses yang cukup panjang, kami ( Nicko Angra, Fatris MF, Zhu Qincay, Yunaidi Joepoet, Adhi Oumar, dan saya) akhirnya meluncurkan http://www.sumatrasumatra.com/
Website kolektif ini ke depannya akan banyak memuat beragam kisah dan foto-foto yang mengambil latar di Sumatra. Kontribusi juga diterima. Selamat datang 🙂
(tulisan di timeline Muhammad Fadli)

Suatu kebanggaan bagi saya bisa bekerjasama dengan sosok-sosok hebat ini. Dan tentunya sebuah tanggungjawab tersendiri bagi saya untuk lebih giat lagi hingga bisa berdiri sejajar dengan mereka. Setidaknya satu telah saya capai, berteman dengan kopi kala pagi dan sore hari. 😀

***

2

“…..Sumatra seperti kontradiksi yang terus dipelihara. Sumatra di masa silam adalah Swarnadwipa, pulau kaya raya tempat emas dihasilkan, tetapi juga salah satu pemasok budak-budak paling besar untuk kawasan tenggara Asia.

Sumatera berubah, masyarakatnya berubah, adat-istiadatnya berubah….
Kami hendak mengabarkannya kepada Anda, dengan cara kami sendiri. Sebaik mungkin”

*Paragraf awal dan akhir tulisan ini dikutip dari tulisan Fatris MF dalam “Catatan Redaksi : Selamat Datang di Sumatra”.

2 thoughts on “Sumatra Sumatra

  1. Tuhan alah maagiah jalan untuak wak samo-samo bakarajo, indak bentuk kerja sama dalam bahasa industri…. Sumatra sawah kita, Sumatra ladang kita, Sumatra tambang kita, perubahan Sumatra ada pada KIta…:D

Leave a comment